Don't miss

Sabtu, 14 Juni 2014

Tim Uzur Piala Dunia 2014


Tua-tua keladi, makin tua kawin lagi, agaknya merupakan pepatah yang nggak nyambung dengan tulisan ini. Tentu saja, tulisan nggak mau ngomongin kawin lagi, emangnya Ahmad Fathanah?
Sesudah tadi membahas soal hasil gila Spanyol lawan Belanda, sekarang saya mau memilihkan 1 tim berisi 11 pemain. Ini bukan tim main-main, tapi tim paling uzur dari ratusan pemain yang berlaga di Piala Dunia 2014. Formasinya cukup menyerang, yakni 3-4-3. Nggak tahu ya apakah stamina mereka cukup untuk main spartan ala 3-4-3.
Yuk disimak!
Cukup banyak kiper tua yang berlaga di Piala Dunia 2014 ini, meskipun kebanyakan adalah pemain cadangan alias buat genep-genepin bench. Buat pecinta bola lawas mungkin sadar kalau di skuad salah satu Piala Dunia 2014 ini satu nama yang jadul pisan. Dulu kala dia cadangannya Oscar Cordoba.


Yak, dia adalah Faryd Mondragon. Satu-satunya pemain dari Deportivo Cali yang berlaga di Brazil. Pengguna nomor punggung 22 ini lahir pada 21 Juni 1971 alias akan genap 43 tahun pada gelaran Piala Dunia ini. Tentu saja Mondragon tercatat sebagai pemain tertua yang berlaga di Brazil.
Tiga bek akan kita mulai dari negara yang sama dengan Mondragon. Mungkin Kolombia memang doyan daun tua. Tersebutlah nama Mario Yepes, eks pemain AC Milan yang sekarang berlaga di Atalanta Bergamo. Yepes sudah berusia 38 tahun karena lahir pada 13 Januari 1976. Jika bermain di semua pertandingan penyisihan, maka Yepes akan menggenapi caps-nya menjadi 100. Cieee, makan-makan ya, Pes!
Masih dari daratan Amerika tapi beda zona, tersebut nama yang dulu pernah tenar dan sampai sekarang ternyata masih tenar. Dia adalah eks pemain Barcelona, Rafael Marquez. Kapten Meksiko yang sekarang main di Club Leon ini lahir pada 13 Februari 1979 alias sudah berumur 35 tahun. Di usia yang sudah mapan ini, Marquez tetap jadi andalan Tim Tiga Warna di lini pertahanan.
Slot ketiga diisi oleh si tua yang gaul dengan brondong-brondong. Kok gitu? Kita kenal tim nasional Belgia dengan darah muda semacam Eden Hazard hingga Adnan Januzaj yang masih unyu-unyu, tapi ternyata di lini belakang masih ada nama Daniel Van Buyten. Sosok yang dikibulin Diego Milito di final Liga Champions 2010 ini lahir pada 7 Februari 1978, dan kalau nggak salah lahirnya di rumah sakit terdekat. Van Buyten juga mewakili Bayern Muenchen sebagai tim penyumbang pemain paling banyak di Piala Dunia 2014 ini.
Oke. Masuk ke lini paling mesakke, soalnya gelandangan. Disini mungkin kita nggak akan menemukan gelandang angkut air, karena kasihan sudah tua kok disuruh angkut air. Posisi pertama adalah milik Georgios Karagounis. 


Eks pemain Inter Milan ini berusia 37 tahun karena lahir pada 6 Maret 1977, soalnya kalau 6 Maret 1987 umurnya 27 tahun. Pemain Fulham ini juga menjadi pemain dengan caps segambreng dengan 134 penampilan dan 10 gol internasional bersama negeri dewa. Tentu, termasuk keberhasilannya meraih juara Euro 2004, 10 tahun silam.
Posisi berikutnya adalah milik si brewok, Andrea Pirlo. Centrocampista milik Juventus ini masih diandalkan oleh Cesare Prandeli, apalagi dengan absennya sang kapten AC Milan, Riccardo Montolivo. Pirlo sendiri lahir pada 19 Mei 1979 dan telah mengantongi 108 caps.
Menyelip sebuah nama kurang terkenal di posisi berikutnya dalam diri Edison Mendez. Pemain yang berlaga di Independiente Santa Fe Kolombia ini adalah andalan Ekuador dengan 110 caps. Mendez sendiri berusia 35 tahun sesudah ulang tahunnya 16 Maret yang lalu. Dia lahir tahun 1979, katanya. Tadi sih SMS saya.
Porsi terakhir di gelandang adalah milik Frank Lampard. Lahir pada 20 Juni 1978, Lampard akan ulang tahun ke-36 pada saat penyisihan grup. Gelandang yang berlaga untuk Chelsea musim lalu ini masih tetap menjadi andalan di lini tengah tim tiga singa. 
Kita masuk ke 3 posisi akhir yang memaklumkan 3 striker ternama yang sudah tua-tua. Pertama, kita harus memasukkan satu-satunya striker yang dibawa Joachim Loew ke Brazil, Miroslav Klose. Sesudah debut Piala Dunia yang membantai habis Arab Saudi, Klose memang menjadi andalan di tim nasional Jerman meski di klub tidak pernah benar-benar mentereng. Striker kelahiran 9 Juni 1978 juga adalah pemilik rekor gol Piala Dunia terbanyak dari ratusan pemain yang berlaga tahun ini.
Nama kedua adalah bintang terang di Afrika Selatan dalam diri Diego Forlan. Mungkin memang tahun ini dia tenggelam dalam nama Luis Suarez dan Edinson Cavani, tapi kehadirannya tetap krusial dengan pengalamannya. Pemain kelahiran 19 Mei 1979 ini sekarang berlaga di Jepang bersama Cerezo Osaka.
Nama terakhir adalah andalan mati di negaranya: Didier Drogba. Sesudah dua kali Piala Dunia, Pantai Gading selalu dapat grup maut, agaknya kali ini Didier Drogba bisa lebih bernafas lega dan bisa menampilkan kemautan lesatannya. Striker Galatasaray kelahiran 11 Maret 1978 ini masih menjadi andalan Sabri Lamouchi di lini depan Pantai Gading.
Lalu pelatihnya siapa?
Siapa?


Oh, tentu saja tetap nama tenar! Fabio Capello, pelatih bergelimang gelar di level klub ini sekarang membawahi tim nasional Rusia. Capello yang juga pernah melatih Inggris ini akan berusia 68 tahun dalam gelaran Piala Dunia 2014.
Sekilas pandang, wow juga. Skuad tua tapi mentereng. Tercatat hanya Mondragon, Yepes, dan Van Buyten yang caps-nya di bawah 100. Dengan rerata usia 36 tahun, tim uzur ini agaknya masih ngelawan kalau digabungkan dan berlaga sendiri di Piala Dunia 2014. Mungkin enaknya dilawankan dengan yang termuda kali ya?

Jumat, 13 Juni 2014

Ketika Juara Dunia Dipermak Belanda



Ya, anda tidak salah baca. Skor di atas adalah sebenar-benarnya yang baru saja terjadi di Arena Fonte Nova Salvador Brasil. Sang juara dunia benar-benar dipermak oleh Belanda. Ulangan final Piala Dunia 2010 ini berlangsung anti klimaks.
Louis Van Gaal memulai pertandingan dengan 11 pemain yang mengenakan nomor urut 1 sampai 11. Sementara Vicente Del Bosque memainkan Diego Costa sebagai striker tunggal, plus memasukkan si versatile Cesar Azpilicueta di sisi kanan pertahanan alih-alih menggunakan Juanfran. Sisanya, Del Bosque menggunakan skuad di Piala Dunia 2010.


Menilik skuad Belanda, tampak jelas bahwa lini belakang Belanda benar-benar diperkuat oleh pemain-pemain segar yang tidak ikut di final 2010. Tidak ada lagi kapten Gio disana, digantikan pemain-pemain dengan caps di bawah 20. Stefan De Vrij dan Daley Blind bahkan baru memainkan laga ke-12 di pertandingan berat ini. Daryl Janmaat dan Bruno Martins Indi juga punya 15 caps sebelum pertandingan. Melengkapi 5 bek yang ada, Ron Vlaar tampil dengan caps terbanyak di lini belakang yang hanya 23. Hal itu dilengkapi dengan Jasper Cillesen di bawang mistar yang baru punya 7 caps. Total jenderal 82 caps di lini belakang ini bahkan kalah dari caps seorang Andres Iniesta yang punya simpanan 96 caps.
Keberanian Van Gaal untuk memainkan pemain-pemain muda ini tentu diseimbangkan dengan trio lini depan yang sangat berpengalaman. Ada nama Robin Van Persie dengan 84 caps, Wesley Sneijder dengan 98 caps, dan Arjen Robben si pemilik 74 caps.
Spanyol sendiri memainkan 4 pemain dengan caps di atas 100 dalam diri Iker Casillas, Xavi Hernandez, Xabi Alonso, dan Sergio Ramos. Kalaulah ada pemain dengan caps kecil, itu hanya ada dalam diri dua perubahan baru Del Bosque yakni Costa dan Azpilicueta.
Bahkan jika dijumlahkan, total caps seluruh starter Belanda hanya 418. Bandingkan dengan total caps starter Spanyol yang lebih dari dua kali lipatnya dengan 842. Hanya saja, jika kehadiran trio berpengalaman di kubu Oranye memberikan semacam hint bahwa skor akan besar karena total gol dari seluruh startet Belanda adalah 95, sedangkan Spanyol hanya 77.
Spanyol tampak memulai pertandingan dengan sedikit kagok di laga yang dipimpin oleh Nicola Rizzoli dari Italia ini. Diego Costa yang jadi objek booo tampak terisolasi di bagian depan. Walau begitu, Spanyol tetap menguasai lini tengah tanpa bisa menembus 5 bek Belanda. Justru Belanda yang mengawali peluang via Sneijder yang tendangan kaki kanannya masih bisa dihalau oleh Iker Casillas di menit ke-8. 
Pada menit ke-26, pergerakan Diego Costa di kotak penalti membuahkan hadiah penalti setelah calon striker Chelsea itu tampak dijatuhkan oleh De Vrij. Meski Rizzoli mantap menunjuk titik putih, tapi keputusan penalti itu dapat diperdebatkan jika menilik tayangan ulang.
Xabi Alonso yang ditunjuk sebagai eksekutor berhasil menceploskan bola ke sisi kanan Cillesen, meski kiper Ajax itu mampu bergerak ke arah yang tepat. Spanyol unggul 1-0 di menit ke-27. Keunggulan ini tampaknya menjadi poin bagus dari sederet kegagalan menembus barikade pertahanan Belanda.

sumber: fifa.com

Sesudahnya, Spanyol tetap tidak menerapkan tiki taka dengan baik seperti biasanya. Bahkan, Belanda mulai mampu menggebrak pertahanan Spanyol yang tampak tidak sebaik biasanya.
Di menit ke-43, David Silva sempat berhadap-hadapan dengan Cillesen, namun tendangan chip gelandang Manchester City itu berhasil ditepis. Dan penyerangan Spanyol di pertandingan ini sebenarnya berakhir pada peluang Silva karena sejurus kemudian Belanda berhasil menyeimbangkan keadaan.
Sebuah umpan panjang berhasil dilepaskan oleh Daley Blind dari sisi kiri dan berhasil menemui Robin Van Persie yang sudah berlari di sela-sela Gerard Pique dan Ramos. Sang kapten Belanda kemudian memperdaya kapten Spanyol lewat diving header yang luar biasa.

sumber: fifa.com

Belanda mengakhiri babak pertama dengan 11 pelanggaran dan hanya 3 shoot, namun semuanya mengenai sasaran. Sedangkan Spanyol melakukan 2 pelanggaran, 4 tendangan ke gawang dengan hanya 2 yang tepat sasaran. 
Babak kedua tetap diwarnai dengan penguasaan bola ala Spanyol dan pressing ketat Belanda. Diego Costa tetap masuk terkunci di lini depan, dan tetap di booo sama fans mantan negaranya. Kalau mantan negara mungkin begitu sih, beda dengan mantan pacar.
Sebuah bola panjang yang mirip dengan awal mula gol Van Persie terjadi lagi. Kali ini penerimanya adalah Arjen Robben, di menit ke-53. Kontrol sempurna dilakukan oleh pemain Bayern Muenchen itu dengan kaki kanan untuk kemudian memperdaya Pique dan Ramos dengan tendangan kaki kirinya. Casillas terperdaya oleh wanita bola tersebut, dan gol! Belanda unggul 2-1.
Del Bosque tampaknya merasa bahwa Costa adalah perjudian yang gagal, maka ia memasukkan Fernando Torres di menit ke-62, bersamaan dengan Pedro. Nah, Pedro ini menggantikan Xabi Alonso. Del Bosque mungkin lupa kalau Xabi ini cukup penting di lini tengah. Hasilnya jelas sekali karena sesudah Xabi tiada, lini tengah Spanyol benar-benar dieksploitasi dengan mudah. Apalagi pada saat yang sama Van Gaal mengganti Jonathan De Guzman dengan Georginio Wijnaldum.
Hanya 3 menit sesudah pergantian itu, Belanda mendapatkan tendangan bebas di sisi kanan pertahanan. Sneijder melambungkan bola ke kotak penalti, sementara disana tempat lahir beta sudah berdiri De Vrij dan Van Persie. Pergerakan Casillas sedikit terganggu oleh kapten sebelah sehingga kemudian bola luput, dan di tiang jauh sudah ada De Vrij menyentuh bola untuk menjadikan skor 3-1. Ini adalah gol pertama De Vrij bagi negaranya. Casillas kemudian mendapatkan kartu kuning karena protes keras bahwa ia telah disentuh dan diganggu oleh lelaki bernama Robin. Semenit kemudian, Van Persie nggak maua kalah dengan sesama kapten untuk mendapat kartu kuning karena melanggar Pedro.
Tampaknya hari ini adalah saat-saat yang harus dilupakan oleh kiper yang di klubnya saja tidak dapat tempat reguler itu. Sepuluh menit sesudah dapat kartu kuning, Casillas yang sudah mengangkat Piala Dunia dan Piala Eropa itu menerima backpass tapi gagal mengontrolnya dengan baik. Dasar nasib, pas salah kontrol, di depan mata sudah ada Van Persie. Wong, bola susah saja bisa dijadikan gol sama Van Persie, apalagi bola pemberian Casillas nan baik hati itu. Skor kemudian berubah menjadi 4-1.
Arjen Robben menjadi pelengkap penderita sang juara di menit ke-80. Sprint-nya yang masih kencang di usia yang sudah kepala 3 kemudian memperdaya 2 pemuda berumur 20 tahun-an dan punya pasangan berumur 30-an bernama Pique (Shakira) dan Ramos (Pilar Rubio).

sumber: revistacuore.com
Tendangan Robben kemudian memperdaya Casillas untuk kedua kalinya, dan kelima kalinya jika ditambah dengan meneer-meneer yang lain. Sebuah pencapaian yang aneh karena di masa silam, Spanyol bahkan kebobolan kurang dari jumlah itu dalam 13 pertandingan internasional. Lah ini langsung LIMA dalam satu pertandingan. Miris.
Tapi sebenarnya Casillas nggak buruk-buruk amat. Selain penyelamatan di babak pertama, Casillas juga mementahkan tendangan Van Persie dengan kakinya. Dan puncaknya di menit ke 87 ketika dalam dua kesempatan yang hanya berselang 1 menit, Casillas mencegah bola masuk ke gawangnya untuk keenam kalinya. Bahkan tepisannya pada tendangan Robben adalah penyelamatan terbaik dalam pertandingan ini.

sumber: The Guardian
Di akhir pertandingan, Torres gagal menceploskan bola ke gawang yang kosong karena lebih memilih memindahkan bola dari kaki kiri ke kanan alih-alih menendang bola langsung ke gawang. Mungkin dia lelah.
Secara umum, Spanyol berhasil meraih angka 5 untuk jumlah pelanggaran, sedangkan Belanda 18. Untuk penguasaan bola Spanyol unggul dengan 58% lawan 42%. Tendangan ke gawang milik Spanyol total jenderal berjumlah 9, sedangkan Belanda 13. Cukup efektif ya? Lebih efektif lagi karena dari 13 tendangan, 11 mengarah ke kiper. Casillas patut bertanya ngapain aja Ramos sama Pique di pertandingan ini.
Secara umum tampaknya ada masalah di lini belakang sang juara bertahan. Mungkin Ramos dan Pique sudah kurang lapar karena sudah memiliki segala gelar yang diinginkan oleh pemain sepakbola di dunia. Selain itu, keputusan meninggalkan lini tengah pada Sergio Busquets sendirian pada akhirnya membuka lubang buaya di pertahanan karena ujungnya justru 3 gol yang diderita.
Del Bosque perlu memikirkan strategi lain untuk menghadapi lawan berikutnya melihat mentoknya permainan di lini tengah. Sebenarnya Del Bosque punya opsi dalam diri Juan Mata, Santi Cazorla, dan Koke. Kalau bek rasanya sudah mentok. Mungkin lebih penting untuk berbicara hati ke hati perihal performa Pique dan Ramos tadi.
Sementara Belanda jelas tidak tampil dengan formasi andalan. Nggak andalan saja bisa 5-1 ya, apalagi kalau sudah memainkan jagoan lainnya? Jangan salah, Van Gaal masih menyimpan kaki tajam lainnya dalam diri Klaas Jan Huntelaar.
Semoga ada perbaikan dalam diri Spanyol karena ajang ini membutuhkan juara bertahan untuk bisa eksis sampai babak knock out. Eh, kalau Spanyol tahu-tahu lolos tapi jadi peringkat kedua. Ehm, tampaknya kita akan menemukan duel Spanyol lawan Brasil di babak berikutnya.


Begitukah? Siapa tahu?
Salam Oom Alfa!


Sumber data: fifa.com 

Jumat, 06 Juni 2014

11 Fakta Anak Sulung


Anak sulung itu rada beda sama soto sulung. Kalau soto sulung itu enak, jadi anak sulung belum tentu enak. Jadi, sesudah mencerna dari sini dan situ, berikut 11 fakta unik yang berhasil dikumpulkan tentang anak sulung.

1. Anak Sulung Dilahirkan Untuk Belajar
Pernah tahu anak sulung yang semacam jadi tahu segalanya? Bisa jadi itu karena kelahiran mereka. Anak tertua umumnya ingin menjadi master, sedangkan akan kedua jadi pemenang. Termasuk juga kemungkinan untuk belajar. Sebuah penelitian bilang bahwa anak sulung punya peluang belajar lebih besar daripada saudaranya. Faktanya begitu, sih. Ada banyak kasus seorang anak sulung lulus kuliahnya cepat-cepat, tapi itu karena disuruh cepat lulus daripada berat-beratin beban orangtua.


2. Anak Sulung Mendapatkan Perhatian Lebih
Ah, sudahlah, nggak usah dibantah. Logika sederhana saja, ketika anak 1 dengan anak 2, perhatiannya besar mana? Seadil-adilnya perhatian ke anak ke-2, pasti anak ke-1 juga diperhatikan. Tapi waktu anak ke-1 ada, nggak ada yang mendistraksi perhatian orangtua dari dia. Apalagi kalau kemudan dihitung ke anak ke-2, ke-3, dan seterusnya.

3. Anak Sulung adalah Pemimpin Alami
Sudah pasti anak sulung menjadi figur berotoritas terhadap saudaranya. Sudah dilatih bahwa si Mas, Abang, Kakak, Mbak, itu akan dominan pada awalnya. Dan itulah yang terjadi kemudian. Bahwa kemudian ada adik yang lebih kharismatis tentunya itu lebih kepada faktor lingkungan.

4. Anak Sulung Umumnya Perfeksionis
Anak yang lebih mudah umumnya lebih santai dalam menghadapi hidup, beda sama anak sulung yang maunya serba perfect dengan membuat target yang tinggi bagi diri mereka sendiri. Tapi untungnya mereka bisa memotivasi diri sendiri untuk mencapai target yang tinggi itu. Kalau nggak, kan bisa gila.



5. Anak Sulung Tidak Nakal
Hampir pasti terjadi bahwa anak yang nakal itu bukan anak pertama. Anak sulung umumnya secara aktif mencari persetujuan dari orangtua dalam sebuah keputusan. Juga berpikir lebih jauh sebelum bertindak nakal. Makanya, orangtua lebih sering mengeluh, "adekmu itu..", daripada "abangmu itu.."

6. Anak Sulung Terkadang Kreatif
Jadi katanya, anak sulung itu lebih kreatif dibandingkan adiknya, ditambah fakta bahwa mereka itu katanya lebih smart. Ini hasil penelitian, kok. Jadi kalau ketemu anak sulung yang lebih pekok, ya tetap bakal ada.

7. Anak Sulung Peduli Pada Hal yang Dipikirkan Orang Lain
Entah kenapa, anak sulung itu banyak berpkir soal yang orang lain pikirkan terhadap dia. Jadi mereka akan bergerak, berupaya, dan bertindak sesuai yang dipikirkan orang lain. Beda dengan anak kedua dan seterusnya yang lebih bebas dalam menghadapi sesuatu. Mungkin saja karena mereka orangnya cenderung teroganisasi terkait dengan orang-orang lain di sekitarnya karena mereka sebenarnya individual. 

8. Anak Sulung Itu Ngebos!
Sudah jelas bahwa hampir semua anak sulung akan bertendensi bersikap layaknya bos. Mungkin karena kebiasaan. Apalagi kalau cewek, punya adik cowok. Wah, itu kebiasaan ngebos cowok dari kecil, menghadapi cowok lain di luaran ya biasa aja.

9. Anak Sulung Itu Penyakitan
Entah diabetes, asma, atau sekadar alergi, umumnya anak sulung lebih rentan terhadap itu. Salah satu penelitian bilang bahwa gen bergerak berbeda dibandingkan kelahiran lain. Lah, kan saya bingung kalau begitu. Tapi banyak fakta yang menunjukkan kalau si sulung itu secara bodi lemah.

10. Anak Sulung Itu Tangguh
Meski secara bodi lemah, tapi mereka tangguh karena penelitian bilang bahwa mereka cenderung nggak mudah stres dibandingkan adk-adiknya. Mereka juga lebih banting dalam menghadapi cobaan hidup.

Ya, begitulah. Tulisan-tulisan lain dapat dibaca di ariesadhar.com