Don't miss

Jumat, 26 September 2014

KPI, Kenapa Harus Spongebob?


By on 09.48

KPI yang terhormat,
Hari ini saya membaca berita di berbagai portal berita. Selain berita betapa pengecutnya si Mercy, ada satu hal yang juga mengusik saya. Yakni ketika kartun favorit saya masuk dalam status HATI-HATI oleh KPI. Iya, Crayon Sinchan dan Spongebob Squarepants dikaji oleh KPI sebagai tayangan yang dianggap tidak baik.

Dalam berita yang saya baca di Tribunnews, disebutkan bahwa sejumlah adegan para program anak-anak dapat berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental anak. Muatan itu mulai dari kekerasan fisik, kekerasan terhadap hewan, penggunaan senjata tajam dan benda keras untuk menyakiti dan melukai, kata-kata kasar, hingga perilaku yang tidak pantas. Termasuk juga unsur-unsur mistis, muatan porno, dan sifat-sifat negatif, seperti emosi kemarahan, serakah, pelit, rakus, dendam iri, malas, dan jahil dalam beberapa tayangan siaran.

KPI yang terhormat,
Saya tahu bahwa tugas KPI ya memang untuk memantau tayangan yang beredar. Saya termasuk yang angkat topi begitu KPI berhasil menghentikan acara YKS dari layar kaca. Saya juga setuju dengan sebagian isi berita. Bahwa Tom and Jerry memang benar penuh kekerasan. Hey, tapi yang sejenis Tom and Jerry juga banyak, loh. Pernah nonton Larva? Setiap episodenya berakhir dengan salah satu larva jadi remuk. Atau, pernah nonton burung hantu ini?
SUMBER
Dia nggak pernah menyelesaikan episodenya dalam keadaan utuh, loh. Atau jangankan itu, di TV-TV juga masih jamak beredar kartun Disney lawas yang tingkat kekerasannya juga nggak kalah. Ada yang menjatuhkan batu dari atas bukit lalu bikin serigala jadi penyet. Apa karena tidak terkenal terus nggak dikasih label hati-hati?

Saya baru bertanya tentang acara-acara sejenis. Saya belum membahas soal sinetron-sinetron plagiasi yang menghancurkan tata nilai penghargaan hak cipta. Saya juga belum membahas sinetron-sinetron yang sudah jelas plagiasi, namun juga menyajikan adegan-adegan dan perbuatan yang disebutkan di atas. Tapi kok nggak ikut diberi label hati-hati?

Oke, tayangan itu memang bukan acara anak. Tapi coba anak mana yang tidak pernah nonton serigala-serigalaan atau harimau-hariamauan atau malah si dedek bastian? Kecuali anak yang bapaknya langganan tivi kabel. Kalaupun langganan tivi kabel, mereka juga akan nonton karena pembantu mereka lebih milih sinetron itu daripada Disney Channel, misalnya.

Baiklah, saya nggak akan mengusik itu. Saya hanya mau bertanya, kenapa harus Spongebob?

Saya menonton Spongebob dari jaman Lativi. Sejak episodenya masih panjang. Yang sekarang ini saja sudah penuh editan. Setidaknya, bagian tengahnya akan diedit untuk memberi space pada iklan. Setahu saya, saya tidak sendirian. Ada banyak penggemar Spongebob, dan bukan anak kecil saja. Banyak dari antara para penggemar Spongebob adalah orang-orang yang kecewa dengan aneka sinetron geje. Mulai dari yang copas sampai yang syutingnya kepala-kepala-kepala dan kepala lagi.

Iya, Spongebob itu satu-satunya pelarian kami dari tayangan tivi yang tidak sehat. Dan pelarian itupun dianggap tidak sehat?
SUMBER


KPI yang terhormat,
Saya tahu dan paham bahwa tayangan Spongebob memang adalah anomali tayangan anak. Secara visual, butuh kematangan untuk menyaksikan ada nanas di dalam laut, ada pantai di dasar laut, hingga adanya sofa di dalam rumah Patrick. Iya, saya tahu. 

Tapi pernahkah Bapak dan Ibu para ahli di KPI menonton episode 'Bubble Buddy'? Kalau belum, coba sekali-kali nonton.
SUMBER
Ceritanya, Spongebob ditinggal seluruh temannya dan membuat teman sendiri. Teman istimewanya, dalam rangka tetap bergembira meski ditinggal. Episode inilah yang menginspirasi saya hingga akhirnya menulis buku OOM ALFA. Saya melihat kelakuan Spongebob yang berteman dengan gelembung sabun itu memang ngawur, tapi walau ngawur, dia tetap memberi pelajaran yang baik bukan?

Bahwa ada Plankton dengan segenap kebenciannya.  Tapi apakah kebencian itu membuat KPI harus memberi label HATI-HATI pada tayangan Spongebob, sementara di sisi lain infotainment tayang pagi sore dengan konten orang-orang yang sedang butuh tenar lagi marah-marah di layar kaca? Atau bahkan ketika politikus dari kumpulan mudah pundung tampil menggebu-gebu di talkshow? Rasa-rasanya seringai Plankton yang mencuri resep masih jauh lebih bisa diterima hati.

Plankton berniat mencuri, tetapi selalu gagal. Bukankah itu pelajaran baik? Tuan Krabs memang tamak, tapi ada banyak episode ketika ketamakannya berbuah buruk. Ingat episode taman bermain? Atau episode kerang menangis? Ya, orang tamak kena batunya. Bukankah itu pelajaran baik juga?

Apakah pelajaran baik itu harus dihilangkan? Dan anak-anak lebih baik melihat orang ganteng yang jadi serigala?

KPI yang terhormat,
Satu pelajaran dari Spongebob yang menurut saya paling krusial adalah be passionate. Kartun semacam Spongebob adalah guru yang utama. Apalagi ketika kita melihat Spongebob yang penuh passion, dan Squidward yang tanpa passion sama sekali. Melihat yang satu tersenyum, dan yang satu murah durja. Tidak banyak kartun yang sampai kesana, lho. Dan apakah untuk itu kita harus berhati-hati? Perlu hati-hati mana dengan Batman yang tahu-tahu ada di jaman kerajaan?

Saya tahu, tugas KPI sungguh sulit, apalagi memilah dan memilih tayangan di aneka TV. Tapi untuk hal seeksplisit memberi cap HATI-HATI pada Spongebob, namun diam saja pada tayangan lain yang lebih parah. Rasanya bukan hal yang bijak juga. 

Ya, apapun terserah KPI, sih. Sekali lagi saya mau bilang bahwa bagi saya--dan juga bagi banyak lainnya--Spongebob adalah pelarian kami dari sinetron-sinetron yang busuk dan tidak mengajarkan apapun. Di Spongebob, setidaknya kami dapat pelajaran bahwa teman lebih penting daripada kepintaran.

Sesekali, Bapak dan Ibu para ahli di KPI perlu nonton episode Spongebob secara utuh dan banyak, untuk menemukan banyak pelajaran dari kartun yang katanya menjelang berbahaya itu.

Selamat malam dan #SaveSpongebob

About Ariesadhar

Apoteker, Auditor Wanna Be dan Author Oom Alfa (Bukune, 2013).

0 komentar :